Tentang Aku, Dia, dan DIA



Ini hanyalah sepenggal cerita tentang aku, dia, dan DIA
Beberapa tahun silam, aku perempuan pendosa yang baru mengenal betapa indahnya cinta yang dititipkan oleh DIA kepada dia untukku.
Tepatnya ditahun 2009 silam, aku mulai berbagi dengan dia, berbagi apa saja semangat, cerita, suka, duka, tawa, sedih, uang, bahkan keburukan tentangku tak jarang aku ceritakan kepadanya.
Hari berganti hari aku melalui semuanya dengan dia, tahun pun mulai berganti. Disetiap perjalanan hidup banyak yang berubah tentang diri kita sendiri, lalu perubahan itu terjadi kepadaku. Dimana aku harus memulai perjalananku, jauh dari tanah kelahiranku. Lalu jarakpun mulai memisahkan aku dan dia
Zaman mulai canggih, jarakpun tak mampu mengalahkan rasa rindu yang terpendam dihati, masih bisa kita bertatap muka dengan orang-orang yang jauh dari kita.
Tujuh tahun aku dan dia selalu berbagi, hingga pada satu titik aku mulai memikirkan masa depanku, lalu aku mulai fokus untuk mencapai apa yang selalu aku damba-dambakan. Lalu diapun memahaminya dan kebetulan pada tahun yang sama itu pula dia sedang berjuang untuk mendapatkan gelarnya.
Kesibukan itu mulai membuat komunikasi kami renggang, kemudian retak, kemudian benar-benar hancur. Hingga akhirnya tak ada satu katapun yang mampu membangun komukasi diantara aku dan dia.
Lalu liburanpun sudah mendekat, aku memilih pulang kerumah dengan membawa rindu yang begitu sangat dalam kepada mereka, orang-orang yang aku sayang, dan orang-orang yang selalu setia bersamaku seberapa buruknyapun aku.
Yaah, aku berpikir untuk memulai komunikasi dengan dia barang untuk mengatakan kalo aku sedang berada dirumah, tak sempat aku mengabarinya tiba-tiba saja aku mendapat kabar bahwasanya dia sedang dirawat di rumah sakit. Dan aku pun bergegas untuk menghubunginya, tapi apalah daya yang menjawab panggilanku hanyalah tante-tante operator itu. Lalu akupun menghubungi temannya, kutanyakan dia dirawat dimana, dikamar nomor berapa. Lalu aku bergegas kesana.
Yaah, disana dia terbaring dengan lemas dan tak berdaya, kusapa Mamanya yang sedang duduk disebelahnya, lalu mamanya membisikkan ketelinganya “Bangun Nak, Si (menyebutkan namaku) datang”, ku hampiri dia, Masya Allah dia berusaha membukakan matanya, tapi tak mampu membukanya dan hanya berkedip-kedip sembari melihat sudut-sudut rumah sakit. Dan tak mampu melihat kearahku. Hari pun mulai malam, dan aku pamit pulang.
Yaah pada dini hari, tanggal 03 Januari 2016, jam 01.23 aku mendapat kabar bahwasanya dia baru saja pergi, pergi meninggalkan kami semuanya. Aku tersentak, darahku rasanya tiba-tiba berhenti mengalir, lalu aku mulai menangis sejadinya-jadinya. Wajahnya, sauaranya, tawanya, tiba-tiba berputar-putar diingatanku malam itu.
Tak pernah aku keluar rumah, tak pernah aku kemanapun selalu saja berada didalam kamarku, penuh kekosongan dan hanya suara tangisan yang terdengar.
Yaahh pikiran jahatpun mulai merasukiku, pernah sekali, bahkan berkali-kali aku ingin melakukan hal-hal bodoh, ketika itu aku berada dirumah aku sudah mempersiapkan semuanya lalu tiba-tiba orang tuaku datang, kupandangi wajahnya, Masya Allah betapa bodohnya aku pikirku, masih ada mereka yang DIA titipkan untukku, masih ada saudaraku yang juga DIA titipkan kepadaku.
Pada tahun itupun, tak sedikit yang memberikan dukungan kepadaku, menyemangatiku, menemaniku ketika aku sendirian, dan selalu berusaha mengusir kekosonganku.
Seketika aku berpikir, terlalu dalam dan jauh aku sibuk dengan cinta yang dia berikan untukku, hingga akhirnya aku lupa bahwa cinta dia itu sendiri hanyalah cinta sementara yang dititipkan oleh DIA untukku, dan selalu aku lupa kepada DIA, tidak selalu, bahkan sering sekali aku melupakan DIA.
Yaaahhh, aku hanyalah perempuan pendosa, yang penuh dosa, terlalu sibuk dengan dia, hingga akhirnya DIA pun mengambilnya dariku.
Tapi, DIA masih tetap menyanyangiku, mencintaiku, lebih besar bahkan daripada cinta dari dia. DIA masih menitipkan kedua orangtua ku untukku, untuk selalu aku bersyukur betapa bahagianya memiliki mereka, untuk selalu aku bersyukur betapa indahnya cinta dari mereka. Masih menitipkan saudara-saudaraku yang selalu memaafkan aku ketika aku membuat hati mereka terluka, dan masih menitipkan sahabat-sahabatku.
Terimakasih untuk DIA yang selalu ada untuk aku, dan untuk kita semuanya, disetiap saat, disetiap waktu, dan disetiap hembusan nafas yang masih kita miliki.
Everything happens for a reason, tetap selalu bersyukur untuk apapun yang masih kamu miliki hari ini. Tetap selalu menomor satukan DIA, Orang tuamu, Saudaramu, sahabat-sahabatmu dihatimu.
Tidak apa-apa bersedih, silahkan bersedih tapi ingat ketika kesedihan itu mulai sangat dalam dan sangat jauh, selalu ingat jalan pulang.
Tidak apa-apa menangis, menangislah tetapi ketika tangisan itu mulai terasa sangat berat untukmu, ingatlah jalan pulang, dan berbagilah dengan DIA
Ketika kamu lupa jalan pulang, ingat pintu mana yang kamu lalui tadi.
-Bahkan Daun yang jatuhpun sudah diatur oleh DIA, ALLAH SWT-

Komentar

  1. Kata komukasi typo. Seharusnya komunikasi..

    BalasHapus
  2. sebaiknya diberi spasi antar paragraf supaya lebih rapi dan lebih nyaman membacanya :D

    BalasHapus
  3. Didalam
    Antara di dan dalam dipisah ya kk

    BalasHapus
  4. "Yaah, aku berpikir untuk memulai komunikasi dengan dia barang untuk mengatakan" ada kata barang disana, apa maksudnya?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kurang Lebih 14 Tahun

Tentangku 😍